Perjalanan Ketua PSSI Gianyar: Dari Impian yang Ditentang Hingga Sisi Gelap Sepak Bola Indonesia

PODCAST

Bayu Kurnia Prasetya

8/8/20241 min read

Kadek Wijanegara adalah ketua PSSI Gianyar dengan perjalanan karir sepak bola yang panjang. Kecintaannya pada olahraga ini memang sudah dipupuk sejak kecil. Seperti banyak anak laki-laki seusianya, Kadek yang juga adalah seorang dosen di ITB STIKOM Bali ini memiliki cita-cita menjadi pemain sepak bola profesional sejak dulu. Bahkan ia sempat bermain di PERSEGI (Persatuan Sepak Bola Gianyar) Junior.

Namun, mimpinya menjadi pesepak bola profesional harus terhalang oleh keputusan orang tua. Kala itu, orang tuanya ingin agar Kadek melanjutkan pendidikan ke jenjang kuliah. Sehingga laki-laki yang gemar mengendarai Vespa ini harus mengubur mimpi besarnya untuk berlaga di lapangan.

Setelah melalui perjalanan yang panjang dan mengerjakan kesibukan-kesibukan lain, Kadek merasa ada yang hilang dalam dirinya. Dari sekian banyak kesuksesan yang telah ia capai sebagai seorang pengusaha dan dosen, ia merasa ada sesuatu yang ingin ia kejar kembali. Hal itu adalah sepak bola. Kadek Wijanegara masih memiliki hasrat untuk mewujudkan mimpi masa kecilnya meski dengan cara yang berbeda. Cintanya terhadap sepak bola diwujudkan dengan mendirikan Sekolah Sepak Bola (SSB) yang dikenal dengan Gaja Football Academy (GFA). Melalui SSB ini, Kadek ingin menjembatani generasi muda untuk mengembangkan minat dan bakat mereka terhadap sepak bola.

Penggunaan teknologi pada cabang olahraga sepak bola juga disoroti oleh Kadek. Menurutnya, penggunaan teknologi-teknologi tersebut ada kelebihan dan kekurangannya. Masih seputar keakuratan dan isu teknis. Sayangnya memang di Indonesia sendiri belum bisa mengaplikasikan seluruh kemajuan teknologi ini karena beberapa tantangan yang berlapis.

Tantangan itu tak hanya berkaitan dengan teknis ketika di lapangan, tetapi juga ditinjau dari sistem pembinaan atlet di Indonesia sangat buruk. Menurut kadek, semua skill akan kalah dengan hal yang non teknis, seperti faktor keuangan, orang tua dan sebagainya. “Saya tahu karakteristik SSB di Indonesia. Saya tahu sistem grassroot pembinaan bola di Indonesia dan saya tahu betul seleksi pemain di Indonesia. Itu kalau saya bicara di sini sebenarnya ada suatu masalah,” ungkap pemilik usaha Gaja Silver ini.

Nah, apakah Sobat Gores pernah mempertanyakan alasan mengapa banyak pemain berbakat yang karirnya terhambat?

Simak cerita lengkapnya hanya di podcast OBH!